author-pic

Ferry S

An ISTJ, Type 5, Engineer, Gamer, and Thriller-Movies-Lover
Diam Itu gEmas
Sun. Nov 1st, 2020 06:17 PM4 mins read
Diam Itu gEmas
Source: HuggingFace@TonyAssi - a mysterious guy in chibi

Gw orangnya introvert banget. Seperti yang pernah gw bahas di postingan lalu, hasil Big Five Test gw aja Extroversion-nya 3% doang. Gw emang ga suka tempat keramaian kalau emang ga penting-penting banget, seperti pasar, bioskop, stadion, tempat konser, dan tempat sejenis lainnya. Waktu kecil aja gw hanya mau ikut diajak ke pasar karena buat beli baju lebaran aja. Selain itu ogah banget gw ikut. Itu pun kalau kelamaan di pasar biasanya gw nangis minta pulang. Untung jaman sekarang sangat mendukung ke-introvert-an gw, udah ada online shop pengganti pasar, platform musik pengganti tempat konser, streaming film pengganti bioskop, dan untuk nonton bola aja gw udah jarang nonton di tv juga. Sekarang gw lebih suka lihat highlight-nya aja sih di Youtube. Sekali-kali sih, gw masih nonton lewat tv di laptop, tapi biasanya kalau pertandingan penting aja seperti pertandingan final di Liga Champions, Piala Eropa atau Piala Dunia.

Gw paling males kalau ada acara ngumpul-ngumpul, seperti acara keluarga, bukber, reunian, acara kampus, apalagi kalau ga ada orang yang gw kenal akrab di sana. Kalau acara keluarga biasanya karena ga enak aja makanya kadang gw ikut, tapi kalau bisa gw tolak yang mending gw tolak. Kalau acara bukber, acara kampus, gw emang jarang banget datang. Kalau acara reunian gw emang ga pernah datang sih, awkward aja rasanya. Biasanya di sana gw diam aja sepanjang hari, karena gw sering merasa ga nyaman. Waktu kecil ketika lagi ngumpul-ngumpul di rumah saudara biasanya gw bakal nangis minta pulang setelah 1 atau 2 jam. Gw merasa stress sendiri aja berada di lingkungan yang menurut gw terlalu ramai dalam jangka waktu yang lama. Sampai sekarang gw masih merasa seperti itu, bedanya sekarang hanya gw pendam dalam hati dan berharap bisa keluar secepatnya. Makanya gw sering ga mau diajak acara-acara begituan, palingan terpaksa. Gw lebih menikmati waktu gw sendiri atau hanya bersama orang yang nyambung dengan gw.

Gw bukan tipe orang yang luwes, yang gampang menyalurkan ekspresinya dengan bebas. Gw cenderung kaku dan lebih suka mengekspresikan diri dengan diri gw sendiri atau dengan orang yang bisa bikin gw nyaman. Menulis dan berimajinasi adalah cara yang paling nyaman buat gw untuk mengekspresikan diri. Menulis blog dan meng-update status termasuk salah satu cara gw meluapkan ekspresi. Gw bukan tipe orang yang suka menuangkan pikiran atau menyampaikan curhat secara verbal, karena dari dulu gw ga nyaman ngobrol terlalu lama dengan orang. Dengan menulis gw merasa lebih bebas. Gw dapat menulis sambil berpikir, sedangkan dengan mengobrol seringkali keadaannya spontan dan gw sering ga siap dengan apa yang ingin diucapkan. Makanya gw lebih suka membalas chat, berkirim pesan, pokoknya lewat tulisan, daripada harus mengobrol langsung ataupun lewat telepon. Kecuali kalau penting banget. Seringkali di dalam telepon gw hanya membalas benar-benar sepatah atau dua patah kata saja.

Selain menulis, gw juga suka berimajinasi. Membayangkan berbagai situasi, mengekspresikan apa yang ada di otak gw dengan bebas. Dari kecil gw emang sering berimajinasi, bedanya dulu waktu kecil gw berimajinasinya bisa sambil gw ekspresikan dengan berlari-larian di rumah. Gw punya karakter-karakter teman imajinasi gw sendiri. Walaupun dulu kadang ditentang keluarga gw karena menurut mereka itu aneh. Padahal setelah gw teliti, secara science itu hal yang normal, selama bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang imajinasi. Gw hanya berimajinasi kalau sedang sendiri saja. Gw tahu kapan gw berimajinasi dan kapan gw berhadapan dengan dunia nyata. Kalau ga bisa membedakannya baru disebut ga normal. Mungkin keterbatasan ilmu pengetahuanlah yang membuat keluarga gw berpikir itu aneh. Sampai sekarang pun gw masih sering berimajinasi. Bedanya sekarang gw lebih kalem, lebih sering dipendam di pikiran saja, walaupun kadang gw ekspresikan juga saat gw sendiri😅. Termasuk saat bermain video game, gw masih sering mengimajinasikan apa yang gw mainkan. Dari imajinasi itulah gw punya intuisi untuk lebih sukses, punya visi tentang masa depan, punya misi yang dijalankan untuk menggapai visi tersebut. Karir yang gw jalani saat ini juga berawal dari imajinasi gw saat kuliah dulu😊. Makanya gw setuju dengan kalimat "sukses berawal dari mimpi", dan mimpi gw dibangun dari imajinasi. Ngomongin imajinasi, kayaknya seru juga nanti gw bikin artikel khusus tentang imajinasi gw😂.

Gw kalau ngomong paling susah untuk basa-basi, gw tipe orang yang lebih to the point aja, kalau mau nyampein sesuatu ya langsung aja, ga usah muter-muter sana-sini. Gw paling males kalau ngobrol itu diawali dengan nanyain kabar, nanyain udah makan, ngomongin cuaca, dan basa-basi lainnya ketika mau ngomongin sesuatu. Kalau udah berhadapan dengan topik seperti itu, secara natural gw hanya membalas singkat aja, "baik", "udah", "iya", gitu aja😁. Walaupun kadang orang menganggap gw sombong, dan gw sama sekali ga menganggap diri gw sombong, dan menurut gw itu ga ada hubungannya dengan sombong. Tapi inilah gw dan gw ga bisa membuat orang setuju sama gw. Secara terminologi sombong itu "tingkah laku dan sifat yang cenderung memuji, mengagungkan, membesarkan dan memandang diri sendiri sebagai makhluk di atas segala-galanya". Secara definisi gw ga termasuk bagian dari itu.

Bisa dibilang gw kalau bergaul agak pilih-pilih. Gw pilih-pilihnya bukan berdasarkan fisik, materi, status sosial atau apapun itu. Gw sendiri sebenarnya juga ga tau parameternya apa, natural aja, yang penting ngobrolnya ngalir aja. Kalau obrolannya ngalir secara natural berarti dia spesial, dia bisa akrab sama gw dan gw bisa terbuka dengannya. Dari dulu teman akrab gw dikit banget, bisa dihitung pakai jari sih. Jaman sekolah dulu sekitar 1-3 orang tiap tahunnya, karena tiap tahun gw sering ga sekelas lagi sama teman dekat gw sebelumnya. Kecuali mungkin kelas 4-5 SD karena gw geng-gengan saat itu. Kebetulan waktu itu kita punya banyak kesamaan, seperti sepak bola, acara tv, selera musik, dan berbagai macam bahan obrolan lainnya yang saling relate. Gw cukup aktif di geng tersebut. Sejak SMP hingga SMA teman dekat gw paling 1-2 orang aja tiap tahunnya. Kuliah pun juga sama, yang jadi teman dekat sekitar 2 orang saja. Tapi bukan berarti gw ga mau bergaul dengan siapapun. By default gw masih berteman baik dengan orang-orang yang gw kenal, hanya saja ga dekat, sebatas kenalan aja. Gw hanya dekat dengan orang yang secara natural cocok aja sama gw.

Banyak orang bilang, "Apa enaknya sendiri sih?". Menurut orang, sendiri itu artinya kesepian. Buat gw, sendiri itu berarti freedom. Gw malah menikmati kesendirian ini. Keluar dari distraksi dunia yang melelahkan. Tapi gw juga ga maksa orang untuk setuju dengan gw, dan gw juga sah-sah saja untuk tidak setuju dengan orang-orang. Meskipun begitu, gw masih butuh sosialisasi. Ga selamanya juga gw menghabiskan waktu dengan menyendiri. Gw juga butuh waktu untuk keluar dari zona kesendirian gw untuk melepaskan energi yang sudah di-cas penuh. Makanya gw masih suka sistem kerja Work from Office untuk melepaskan energi. Kecuali untuk sekarang ini karena masih pandemi.

Orang bilang diam itu emas, gw bilang diam itu gemas😋.