author-pic

Ferry S

An ISTJ, Type 5, Engineer, Gamer, and Thriller-Movies-Lover
Engineer Tips: Kuliah Penting Ga Sih??
Sat. Jul 3rd, 2021 07:55 PM10 mins read
Engineer Tips: Kuliah Penting Ga Sih??
Source: HuggingFace@TonyAssi - college student hiking up to campus

Kuliah itu penting ga sih buat kerja? Pertanyaan semacam ini sering ditanyain sama yang baru lulus SMA/SMK yang masih mencari jati diri. Termasuk yang ingin menjadi software engineer. Ga bisa dipungkiri, jaman sekarang semua informasi serba terbuka, termasuk mencari materi pelajaran. Di google semua jenis informasi tersedia, baik yang gratis maupun yang berbayar. Hal ini membuat orang-orang bertanya-tanya, masih relevan ga sih nyari kerja ngelampirin ijazah?

Gw sendiri selama interview di beberapa perusahaan emang jarang ditanyain tentang ijazah, kuliah, IPK, dan semacamnya. Apalagi setelah punya pengalamana kerja, jarang banget disinggung. Terutama bagi lulusan yang bukan dari sekolah/kampus top, ga ada yang peduli kayaknya😅. Lebih seringnya ditanyain tentang skill dan pengalaman. Biasanya ijazah ditanyain ketika udah lolos interview untuk verifikasi data sebelum hari pertama kerja, itu pun kalau ada. Jadi ga ngaruh sama peluang lolos, promosi atau gaji. Pernah juga gw apply tanpa lampirin ijazah, masih dipanggil kok buat interview. Teman gw bahkan ada yang ijazahnya sampai saat ini belum diambil dari kampusnya, ga pernah nganggur dia. Walaupun ada juga sih perusahaan yang masih nanyain tentang itu, tapi sedikit, salah satu contohnya seperti yang pernah gw alami dulu, gw diragukan karena bukan sarjana, bukan SMK, dan gw ngambil IPS di SMA🤭.

Balik lagi ke pertanyaan awal, untuk berkarir di bidang software engineer butuh ijazah ga sih? Sebenarnya tergantung perusahaan, tiap perusahaan punya kebijakan berbeda. Sepengatahuan gw sih pekerjaan seperti PNS, Bank, BUMN, atau perusahaan non-IT yang biasanya masih mengutamakan ijazah, semakin tinggi semakin bagus. Mungkin itu alasan orang-orang berpikir bahwa kalau punya ijazah pasti nyari kerjaan gampang, kalau udah punya ijazah dan masih susah dapat kerja, pasti salah pemerintah😅. Apalagi PNS, syarat naik pangkat dan jabatan adalah punya ijazah yang lebih tinggi. Makanya gw males jadi PNS karena gw males kuliah🤣. Untuk perusahaan IT, apalagi startup sepengalaman gw ga terlalu mentingin ijazah. Walaupun di deskripsinya ditulis minimal sarjana dari top 5 kampus di Indonesia atau lulusan luar negeri dan bla bla bla, buktinya saat interview ga ditanyain sama sekali dan gw tetap lolos😁.

Kalau bukan ijazah lalu apa aja yang dibutuhkan? Yang jelas, pastiin aja kalau kita memenuhi requirement skill yang ditulis di lowongan. Biasanya yang paling penting itu soft skill, hard skill dan punya wawasan luas. Jangan malu atau sungkan untuk show off saat interview, karena memang itu saatnya kalian unjuk kemaluan🤣. Hal yang paling umum ditanya saat interview adalah tentang struktur data, design pattern, pengalaman dalam handle project, dan seberapa dalam pengetahuan kalian tentang teknologi yang pernah digunakan, meliputi bahasa pemrograman, framework, database, dan lainnya. Beberapa perusahaan ada juga yang melaksanakan live coding, baik lewat laptop onsite, online (codility, hackerrank), maupun tulis tangan. Jadi persiapkan ini sebaik-baiknya dengan banyak belajar dan praktek. Apalagi buat kalian yang grogi kalau ngoding sambil diliatin orang, pasti pressure banget. Soal-soalnya biasanya ga jauh-jauh tentang algoritma dasar mulai dari fizz-buzz, palindrome, bilangan prima, fibonacci, bikin pola-pola menggunakan looping, hingga beberapa algoritma yang lebih advance menggunakan struktur data seperti menghitung jumlah masing-masing karakter dari sebuah kalimat, konversi jam menjadi sebuah kalimat, rotasi array dengan angka tertentu, mencari pasangan dari array dalam jumlah tertentu, atau beberapa hitung-hitungan yang membutuhkan ketelitian seperti mencari kelipatan persekutuan terkecil (KPK), bilangan armstrong, permutasi, menghitung lembar uang kembalian, dan lain-lain. Gimana, gampang bukan😆? Biar ga kagok, bisa dicoba-coba latihan via Hackerrank, Codility, atau Daily Coding Problem, itu bagus buat asah otak sebelum live coding. Kalau udah biasa, minimal nanti udah ga grogi lagi. Sebagian perusahaan lagi ada juga yang nyuruh bikin mini project yang diselesaikan dengan deadline waktu tertentu.

Selain praktek, teori juga penting. Banyak yang bilang ngoding itu yang penting praktek. Eits, ga gitu juga, praktek dan teori harus sama-sama sejalan. Wawasan seperti Clean Code Architecture, Solid Principle, Design Pattern, Memory Management, MVC, Micro Service, dan lainnya juga penting. Hal-hal tersebut bisa meningkatkan kualitas coding kita. Teori itu ga ada artinya kalau ga dipraktekkan. Biar fasih, teori yang baru dipelajari itu diterapkan pada project yang sedang dikerjakan. Atau kalau ga memungkinkan, buat project kecil-kecilan aja, siapa tau di masa depan punya permasalahan yang solusinya menggunakan teori tersebut. Atau cara lainnya adalah dengan membuat blog atau vlog di youtube, merangkum ulang apa yang telah dipelajari.

CV adalah bagian yang paling penting setelah skill. Percuma juga punya skill bagus tapi CV ga menarik perhatian HR atau pihak perusahaan. Ada pepatah yang bilang "don't judge book by its cover", itu tidak berlaku disini. Buku yang covernya orang telanjang bulat mustahil berisi doa dan dzikir keagamaan😅. Pastikan CV hanya 1 lembar tapi lengkap. HR juga mager bacain CV berlembar-lembar. Cukup tampilkan poin penting aja. Sebisa mungkin bikin yang menarik, tapi ga norak, bisa dicari di google template yang bagus. Atau kalau punya skill Photoshop bisa didesain sendiri templatenya. Ga harus bagus-bagus banget, yang penting "catchy", karena HR itu, apalagi perusahaan terkenal, bisa menerima ratusan hingga ribuan lamaran perharinya😲. Jadi, pastikan CV kita "menarik" bagi mereka. Nilai plus kalau punya web portfolio. Kalau ga bisa desain web, bisa download template web portfolio, tinggal ubah datanya. Yang paling penting pada CV itu adalah nama harus jelas beserta lowongan yang diincar, dan ada kontak yang bisa dihubungi semisal nomor telepon/whatsapp, akun pribadi, atau email. Oh ya, sedikit tips, kalau CV nya publik, misalnya di-share di sosial media atau di web portofolio, ada baiknya nomor telepon ga usah ditampilkan untuk menghindari penyalahgunaan. Nomor telepon ditulis di CV jika melakukan apply secara private ke HR atau website perusahaannya langsung, atau lewat job portal yang kerahasiaannya terjamin. Tapi balik lagi sih ke diri masing-masing, ada juga yang ga masalah kalau nomor teleponnya diumbar ke publik. Selain nama dan kontak, tulis juga brief description semisal "about me" untuk memperkenalkan diri secara ringkas, ga usah panjang-panjang, cukup yang singkat tapi padat. Cantumkan skill yang dikuasai, hard skill, soft skill, kalau perlu kasih penilaian terhadap diri sendiri, misalnya English:7, Programming:9, kurang lebih seperti itu, dapat berupa angka, bar chart atau apapun. Itu juga poin plus, karena artinya kita bisa mengukur kemampuan diri.

Selanjutnya, tulis pengalaman projek yang dikerjakan. Nah, ini dia hal yang paling penting pada CV seorang calon software engineer. Inilah sebenarnya yang jadi pertimbangan utama, apakah akan dipanggil interview atau tidak. Tulis nama/jenis projek yang pernah dikerjakan, teknologi yang digunakan dan kontribusinya secara ringkas & to the point, ga usah panjang-panjang. Kurang lebih 5 project udah cukup, atau semuat 1 lembar CV aja. Kalau lebih, tulis aja project yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilamar atau yang sekiranya memiliki nilai jual lebih. Bagaimana kalau fresh graduate yang belum ada pengalaman kerja? Bisa ditulis projek saat magang/internship dan projek kuliah yang pernah dikerjakan. Masa selama kuliah ga pernah ngerjain projek😄? Kalau ga kuliah gimana? Nah, ini menarik. Kalian perlu effort yang lebih keras. Poin pentingnya disini adalah yakinkan mereka kalau kalian itu rutin hands-on ngoding. Meskipun belum bekerja, harusnya kalian udah sering latihan ngerjain projek dong. Rajin-rajinlah belajar dan hands-on ngoding bikin projek (beneran hands-on coding ya, ga hanya copas atau sekedar fork projek orang) lalu rilis di github, lebih banyak lebih bagus. Tulis semuatnya di CV. Atau bisa juga dimulai dengan bikin projek volunteer, misalnya untuk kebutuhan RT/RW atau untuk kegiatan warga setempat, siapa tahu berkah😇. Atau bikin projek dari kehidupan sehari-hari, seperti sistem informasi sekolah, kalau bisa lebih baik dari sistem informasi sekolah yang sudah umum, seperti ada fitur analytics tingkat kehadiran siswa, grafik nilai masing-masing siswa, dan sejenisnya. Ga sekedar crud semata biar out-of-the-box. Asal ada niat yang kuat disertai kerja keras pasti bisa. Ini berlaku bagi yang kuliah juga, percuma punya ijazah tapi pengalaman projek di CV hanya skripsi doang, atau malah ga ada sama sekali, HR mana yang mau manggil interview?

Beberapa nilai plus yang menjadi pertimbangan adalah kontribusi di dunia pemrograman. Baik itu di open source semacam Github, atau forum semisal StackOverFlow. Walaupun di Indonesia hal-hal seperti ini jarang diperhatikan, tapi kalau di luar negeri ini cukup membantu menambah nilai positif. Bagi gw orang yang rajin berkontribusi di Github itu artinya dia rajin ngulik, sering mencoba, dan punya ide-ide yang menarik yang bisa dibagi. Orang yang rajin menjawab pertanyaan di StackOverFlow, apalagi jawabannya diakui sebagai accepted answer, itu artinya dia berkompeten menjawab permasalahan yang dialami orang-orang. Sedangkan untuk orang yang rajin bertanya di StackOverFlow, apalagi pertanyaan tersebut belum pernah ditanyakan di sana, itu artinya dia mampu berpikir kreatif sehingga dia punya permasalahan unik yang ga dialami orang lain. Bagaimana kalau setiap pertanyaan yang kita pikirkan selalu sudah pernah ditanyakan? Gw juga dulunya berpikiran seperti ini ketika masih junior😂. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak hands-on dan mencoba hal baru, suatu saat pasti akan menemukan permasalahan yang solusinya belum ada. Gimana kalau pertanyaan kita dikasih down vote? Pastikan pertanyaannya udah sesuai rules yang ada. Seperti bertanya dengan baik dan sopan, jelaskan permasalahan yang dialami secara jelas (step by step to reproduce, cuplikan code, pesan error kalau ada), usahakan menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar, dan hindari menanyakan hal-hal dasar yang jawabannya udah banyak ditemukan di google seperti mencari bilangan ganjil/genap, convert integer to string, atau sejenisnya. Apakah harus di Github dan StackOverFlow? Ga harus sih, situs lainnya yang sejenis juga ada, tapi yang terkenal dan recommended untuk show off ya dua itu.

Profil sosial media juga sangat berpengaruh, terutama di jaman seperti sekarang. Sosial media untuk profesional ya LinkedIn. Aktiflah bersosial-media di LinkedIn, entah itu membuat postingan bermanfaat, berbagi cerita pengalaman, re-share loker, atau sekedar ngasih like/reaction di postingan orang. Ada yang bilang, kalau orang sukses itu pasti punya privilege dan punya banyak koneksi. Nah, LinkedIn itu adalah salah satu cara untuk membangun koneksi tersebut. Menjalin koneksi itu penting dalam hubungan professional. Jangan sombong atau belagu, walaupun itu sosial media seperti Facebook, twitter dan lainnya, bedanya di sana diisi oleh orang-orang professional yang suatu saat bisa menjadi rekan kerja kita atau yang akan membantu kita untuk mendapatkan karir yang lebih baik. Bersikaplah professional. Kalau kalian aktif di LinkedIn, punya profil bagus, dan punya banyak koneksi, niscaya HR atau bahkan Chief level akan sering-sering mengirim permintaan koneksi dan mengirim DM untuk mengajak kalian bergabung ke perusahaan mereka. Ga perlu capek-capek nyari lowongan lagi, pekerjaan itu sendiri yang akan datang menghampiri DM kalian. Bahkan ga hanya dari perusahaan dalam negeri, dari luar negeri juga ada, ini bagus buat kalian yang ingin kerja di luar negeri atau remote dengan gaji dollar. Trus me, it works😎.

Hal-hal minor lainnya adalah sertifikat, hoby, bahasa yang dikuasai, dan ijazah. Hal tersebut biasanya jarang diperhatikan. Sebenarnya minor atau nggaknya tergantung kondisi juga sih. Contohnya, pengecualian jika sertifikatnya adalah sertifikat bergengsi macam sertifikat dari Oracle, AWS, Microsoft, dan sejenisnya. Atau lulusan kampus kelas dunia semacam Oxford, MIT, atau Harvard. Atau perusahaannya milik asing yang membutuhkan bahasa tertentu untuk komunikasi seperti Mandarin, English, German atau lainnya.

Cara paling efektif agar segera mendapat pekerjaan adalah sering-sering apply dan interview. Usahakan 2-3 kali seminggu untuk interview, yang penting jadwalnya jangan sampai nabrak satu sama lain. Pintar-pintar aja ngaturnya. Kalau nabrak usahakan resechedule ulang, kalau HR nya ga mau reschedule, ya udah, berarti belum rejeki. Jangan terlalu berharap sama satu perusahaan. Jangan pernah percaya dengan kata-kata "tunggu seminggu, nanti akan kami kabari lagi hasilnya". Besar kemungkinan kalian akan di-ghosting👻. Jangan mau disuruh nunggu, selama mereka belum ngasih kejelasan, apply dan interview lagi di tempat lain sampai salah satu perusahaan ada yang ngasih kejelasan berupa offering letter. Terutama buat yang lagi nganggur, daripada nganggur dan ga ngapa-ngapain, mending rajin-rajin interview aja, lebih bermanfaat. Kalau gagal jangan lupa di-review ulang dibagian mana kalian gagal dan perbaiki diri untuk interview berikutnya. Jangan hanya pasrah menerima kegagalan.

Next, hal klasik yaitu nego gaji🙂. Jangan pasrah bilang "terserah perusahaan aja mau ngasih berapa". Emang digaji dibawah UMR mau? Kita harus punya harga diri dan professional. Pastikan kalian tahu UMR daerah tempat kalian bekerja. Teman gw pernah interview di Jakarta dan bilang ekpekstasi gajinya 2juta, karena di daerah asalnya UMR-nya hanya 1jutaan, dia pikir 2juta itu udah cukup di Jakarta😂. Untung HR-nya baik, dikasih UMR Jakarta. Gaji di ibukota tentu lebih tinggi daripada di daerah. Lalu lakukan riset, berapa kira-kira range gaji untuk posisi yang diinginkan di daerah tersebut. Bisa google sendiri, atau lihat di job portal, biasanya ada range-nya, kalau ga ada, liat iklan lain sejenisnya atau kompetitor perusaahan tersebut yang ada range gajinya. Lalu bandingkan secara objektif dengan penilaian sendiri terhadap skill kalian, kira-kira dari range tersebut kalian pantasnya dapat gaji berapa. Hitung juga perkiraan rata-rata pengeluaran pribadi perbulan. Jangan sampai jumlah pengeluaran di bawah gaji yang ditawarkan. Jika ternyata perusahaan nego dibawah ekspektasi kalian, dan kalian ga masalah ambil aja. Kalau kalian ga setuju, nego lagi. Kalau perusahaannya ga setuju, ya udah cari perusahaan lain. Kalau di perusahaan lainnya juga sama, ga setuju dengan ekspektasi yang diinginkan, berarti introspeksi, mungkin nilai kalian memang belum nyampe di angka segitu. Coba diturunin aja ekspektasinya.

Kesimpulannya, sarjana itu penting ga sih? Menurut gw, pendidikan itu sangat penting, dan menjadi sarjana bukan satu-satunya cara untuk mendapatkannya. Tergantung dari kondisi masing-masing. Kalau kalian merasa kurang confident untuk terjun langsung ke dunia professional, boleh kuliah dulu, entah itu D3, S1, atau bahkan S2 sampai S3. Ga suka kuliah? Tenang, jaman sekarang bootcamp untuk orang yang ga kuliah banyak kok, dan terbukti menghasilkan lulusan yang kompeten, ga kalah dengan lulusan PTN. Biayanya beragam, emang agak mahal sih dibanding biaya semesteran, tapi hanya 3-6 bulan doang, dibanding S1 yang butuh minimal 4 tahun. Perbedaan mendasar antara kuliah dan bootcamp menurut gw adalah skill non-coding. Kalau di bootcamp memang lebih fokus tentang hard skill dan tujuannya memang untuk mencetak pekerja yang siap ngoding. Sedangkan di kampus fokusnya ga hanya hard skill, tapi juga organisasi, teamwork, soft skill, analisa, mengasah logika, project management, dan hal di luar coding lainnya, yang menurut gw bisa dipelajari sendiri saat udah kerja. Tapi itu tergantung pribadi masing-masing sih, ada yang bisa learning by doing, ada juga yang memang butuh bimbingan dengan kuliah untuk hal-hal tersebut. Gimana kalau udah kuliah tapi masih kurang confident? Untuk anak kuliah (dan kadang untuk anak SMK juga) biasanya juga ada bootcamp gratis dari perusahaan tertentu, dengan syarat seperti tahan ijazah atau bayar penalti jika resign dalam waktu tertentu. Kalau kalian sanggup dengan syaratnya, ga ada salahnya dicoba. Gimana kalau ga ada biaya untuk kuliah atau bayar bootcamp? Solusinya adalah belajar mandiri. Banyak banget sekarang platform yang menyediakan belajar coding dengan harga terjangkau, bahkan ada juga diskonnya untuk periode tertentu. Yang gratis juga ada, tinggal pintar-pintar mengatur keyword pada google atau youtube, sekalian belajar logat India😁. Kalau yakin bisa belajar otodidak, perbanyak hands-on coding dan pertimbangkan tips-tips gw di atas, Insya Allah membantu😊. Gw dulu kuliah juga karena ketika gw lulus SMA gw belum tau arahnya mau jadi apa. Meskipun ilmu perkuliahan yang bisa gw terapkan sekarang ga seberapa, tapi misalkan dulu gw ga kuliah belum tentu gw kepikiran berkarir seperti sekarang.