author-pic

Ferry S

An ISTJ, Type 5, Engineer, Gamer, and Thriller-Movies-Lover
Facebook Udah Ga Jaman???
Mon. Nov 30th, 2020 11:41 AM4 mins read
Facebook Udah Ga Jaman???
Source: DLPNG.com - Download Free png Transparent Twitter Facebook Logo

Beberapa waktu lalu gw sempat liat postingan di internet yang katanya Facebook hanya dimainkan oleh "golongan tua", hanya orang-orang jadul yang masih pakai Facebook, udah ketinggalan jaman. Kalau dilihat dari total user aktif menurut statista.com, Facebook masih nomor 1 di dunia, disusul YouTube, WhatsApp dan Instagram. Anak remaja jaman sekarang memang mainnya Instagram sama Tik Tok. Dilihat dari perubahan trend sih memang iya, dulu orang bersosial media itu untuk update status, share macam-macam status. Sekarang udah bergeser dengan update foto dan video pendek. Bahkan dari instagram pun lahir sebuah istilah baru, Selebgram. Selebgram juga udah jadi profesi tersendiri di kalangan user instagram atau TikTok. Buat orang-orang yang good-looking sih memang ada benefitnya, dengan sering-sering nge-post foto atau video follower jadi banyak dan dapat tawaran endorse. Meskipun begitu, buat gw bersosial media itu bukan untuk ngikut-ngikut orang. I'm not a mainstream follower. Kalau gw sih simple aja yang penting itu benefitnya.

Hingga saat ini, gw masih belum punya dan belum tertarik untuk membuat akun Instagram. Gw udah sering ditanyain sama beberapa teman gw nanyain akun Instagram gw dan ga jarang juga yang kaget begitu tahu gw ga punya akun Instagram. Gw belum melihat benefit apapun buat gw dengan Instagram. Pernah sih disaranin teman buat punya akun Instagram, tapi gw belum tertarik. Gw bukan tipe orang yang suka ngeliatin foto-foto atau video pribadi orang (kecuali yang ada "skandalnya"😂). Gw juga bukan tipe orang yang suka posting foto-foto atau video pribadi ke media sosial. Kalau selfie atau foto-foto pribadi gw simpan di hp atau laptop pribadi doang. Gw juga nggak tertarik untuk menjadi selebgram. Urusan pamer memang Instagram rajanya🤣.

Kalau akun twitter gw punya. Gw bikin twitter dari SMP kelas 3, waktu itu twitter masih belum se-hype sekarang. Cuma iseng-iseng doang nyobain sosial media lain selain facebook. Dulu sempat aktif juga sebentar di twitter tapi habis itu gw balik lagi ke facebook karena gw merasa masih worth it facebook. Biasanya gw pake buat komplain masalah produk atau jasa yang gw pakai lewat customer service di twitter. Kenapa di twitter? Simple aja, biar keliatan update-nya di timeline dan transparan. Jadi kalau pelayanan yang diberikan oleh customer service-nya buruk bisa keliatan di timeline. Sedangkan kalau komplain via DM atau lewat Facebook postingan komplainnya ga terpampang di halaman depan. Selain itu paling gw login di Twitter buat liat kejadian-kejadian yang lagi trending topik dan tersebar di berbagai sosial media dan gw penasaran ingin baca langsung tweetnya. Misalnya kasus fetish atau KKN desa penari itu😅. Masalah drama-drama memang twitter dewanya.

Sama seperti Instagram, gw merasa belum ada benefitnya buat gw mencoba TikTok. Post foto aja gw males, apalagi video pendek. Walaupun begitu gw salut sama ide dari founder TikTok ini karena sebagai platform dari China mampu bersaing dengan platform sosial media dari USA. Filter videonya keren-keren, out of the box sih idenya. Bisa diterima masyarakat luas dalam waktu singkat itu luar biasa. Gw biasanya hanya ngeliat video TikTok pas ada yang reupload ke Facebook aja, itu juga yang menurut gw menarik aja. Remaja jaman sekarang jadi narsis gegara platform ini. Selebgram rata-rata juga punya akun TikTok. Berkat TikTok juga lagu-lagu funkot atau breakbeat kota yang sering dijadiin background musik jadi hype lagi. TikTok ini memang ratunya joget-joget💃.

Ini salah satu sosial media yang gw cukup sering login menggunakannya. Jika sosial media lain hanya untuk hiburan, LinkedIn ini lebih ke profesional platform. Platform ini sangat membantu para calon tenaga kerja yang sedang mencari kerja. Gw mulai mendaftar di LinkedIn justru setelah gw bekerja. Sebelumnya, gw mencari kerja hanya lewat Jobstreet doang. Ini salah satu faktor kenapa gw sempat menganggur cukup lama dulu karena kurang informasi, kurang koneksi dan hanya fokus di Jobstreet saja. Di Linkedin usernya adalah para profesional di bidang pekerjaannya atau juga yang masih mahasiswa. LinkedIn sering jadi tempat bertemunya antara HR dengan tenaga kerja. Buat gw, LinkedIn ini cukup membantu gw dalam berkarier. Lewat LinkedIn gw punya koneksi dengan beberapa tenaga profesional dari berbagai macam profesi dan company. Profil profesional gw jadi lebih dikenal tanpa harus memperkenalkan diri ke orang-orang. Disini profil kita bisa dilihat oleh talent hunter dan sering dihubungi mereka bila ingin mencari opportunity baru. Untuk urusan profesional memang LinkedIn jagoannya👨‍🏭.

Sejauh ini Facebook merupakan sosial media paling complete. Gw masih aktif dan sering buka Facebook tiap hari. Fitur yang ga ditemui di sosial media lain adalah Grup. Ini alasan kuat mengapa gw masih aktif main Facebook. Gw sering liat-liat grup dan diskusi di sana. Berbeda dengan sosial media lainnya, di dalam grup facebook komunikasinya dua arah, ga hanya admin doang yang bisa nge-post, tapi member juga bisa posting dan saling berbalas komentar. Di sosial media lain juga bisa sih diskusi kayak gitu, tapi menurut gw yang paling pas hanya Facebook. Fiturnya lebih lengkap, sangat mendukung sebagai sebuah forum dan lebih teratur karena masing-masing grup punya admin dan aturan masing-masing. Di Instagram tentu ga bisa disebut forum, karena fitur utamanya adalah berbagi foto, dan orang lain hanya bisa berkomentar doang. Di twitter walaupun juga bisa berdiskusi tapi lebih seringnya debat kusir karena privasinya tidak terjaga. Ketika tweet-nya bersifat public, semua orang bisa reply, termasuk orang-orang yang hanya ingin mem-bully saja. Kadang yang di-tweet terlalu random suka-suka yang punya akun. Di Facebook topiknya lebih jelas tergantung aturan grup. Masuk grup pemrograman jelas topiknya tentang pemrograman, masuk grup bola jelas topiknya tentang bola, kalau ga sesuai topik biasanya dihapus atau di-kick admin.

Gw suka berinteraksi di sana karena kayak forum seperti kaskus pada jamannya. Misalnya di dalam grup pemrograman, gw jadi tau update tentang teknologi terbaru dengan hanya scroll beranda di Facebook tanpa harus browsing sana-sini, terutama dari grup Javascript yang adminnya cukup aktif berbagi sesuatu. Selain grup pemrograman, gw juga aktif di grup personality seperti Enneagram Type 5 dan ISTJ. Seru saling berinteraksi dengan orang-orang yang sepemikiran sama gw, dan gw pun sering mendapat wawasan dari grup itu. Gw merasa bahwa gw ga sendiri punya sifat seperti itu. Grup itu sukses membuka pikiran gw tentang jati diri gw sebenarnya. Hal terakhir yang membuat gw betah di Facebook adalah meme dan shitpost. Dari dulu tujuan awal gw bersosial media adalah untuk bersenang-senang. Makanya kalau liat sesuatu yang mengganggu kesenangan gw seperti postingan hoax, ujaran kebencian, dan sejenisnya biasanya langsung gw unfollow akunnya. Apalagi kalau dari akun yang ga gw kenal secara real life kadang langsung gw block. Meme dan shitpost adalah salah satu sumber komedi. Fun fact, meme dan shitpost itu sebagian besar sumbernya berasal dari Facebook. Meme dan shitpost yang tersebar di Instagram atau Twitter rata-rata curian dari Facebook. Fanspage meme dan shitpost memang cukup banyak dan bervariatif di Facebook. Selain fanspage dan grup seperti forum online, Facebook juga punya story seperti di Instagram dan hashtag seperti twitter. Bisa dibilang fitur Facebook ini gabungan dari beberapa sosial media. Dari segi kelengkapan fitur Facebook juaranya🏆.