author-pic

Ferry S

An ISTJ, Type 5, Engineer, Gamer, and Thriller-Movies-Lover
Krisis Usia Seperempat Abad (Quarter Life Crisis)
Fri. Sep 29th, 2023 07:54 PM4 mins read
Krisis Usia Seperempat Abad (Quarter Life Crisis)
Source: Reddit - Quarter-life crisis starter pack : r/starterpacks

Gw sedang berada di fase Quarter Life Crisis. Fase di mana gw menghadapi krisis terhadap kehidupan yang dijalani di usia seperempat abad. Menurut beberapa penelitian sebagian besar millennials pasti pernah mengalaminya. Ini adalah periode refleksi diri yang mendalam menjalani ketidakpastian lika-liku kehidupan dalam melakukan pencarian jati diri tingkat lanjut. Merasa kurang puas terhadap kehidupan yang dijalani. Apa yang gw impi-impikan masih belum terwujud dan masih dalam bentuk “mimpi”. Gw masih berusaha memperjuangkan karier gw saat ini. Gw mulai merasa stuck di kehidupan sekarang😥. Ga tahu prioritas mana yang harus dikejar. Gw sering overthinking dan itu bikin gw ga mood ngapa-ngapain. Bahkan sering susah tidur pas malam dan bangun kesiangan. Gw jadi sering rebahan doang di kasur. Gw merasa kehilangan passion setiap apa yang gw kerjakan. Termasuk main game. Dulu gw biasa menjadikan game sebagai refreshing gw di sela kesibukan, tapi sekarang untuk main game aja gw udah kehilangan minat.

Dulu ketika SMA gw sempat berkeinginan untuk mencoba berkarir di luar negeri, seperti Inggris atau Amerika sebelum umur 25. Gw ingin mencoba persaingan dengan software engineer lain di belahan dunia yang teknologinya lebih maju. Inggris dan Amerika merupakan contoh negara dengan kualitas programming yang menurut gw layak untuk gw coba. Salary yang bisa didapatkan di sana tentu berkali-kali lipat dari apa yang gw dapatkan sekarang. Tapi itu ga pernah tercapai. Di usia gw sekarang pun sepertinya udah telat untuk mencobanya. Kadang jealous juga ngeliat profil-profil di Linkedin tentang update pekerjaan seseorang yang mengganti pekerjaannya ke perusahaan ternama di Inggris atau Amerika.

Gw juga sempat bercita-cita ingin memulai usaha semenjak kuliah. Gw ingin membangun produk di bidang teknologi yang bisa membantu orang banyak. Itu bisa jadi amal jariyah buat gw kelak. Gw ingin memiliki legacy sebagai founder atau inventor sebuah produk. Terinspirasi dari kisah Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang sukses membangun platform teknologi dengan idenya yang sampai saat ini masih merajai industri. Tapi sampai sekarang ide itu ga pernah muncul dan gw masih belum kebayang mau memulainya kayak gimana atau mau bikin apa. Gw juga sadar diri gw ga punya privilege yang cukup maupun backup plan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Circle makin mengecil dan gw ga punya circle di bidang ini. Di keluarga gw pun belum ada satupun yang sukses di bisnis. Apalagi di umur gw sekarang, semuanya terasa serba terlambat untuk memulai bisnis. Ditambah keadaan ekonomi yang sedang tidak menentu pasca covid, PHK di mana-mana, isu resesi, semakin membuat gw ga berani untuk mencoba.

Untuk masalah percintaan gw juga ingin memiliki rumah tangga suatu saat nanti. Teman-teman seangkatan gw udah banyak yang menikah bahkan punya anak. Gw juga ingin merencanakan sebuah pernikahan dan membangun sebuah keluarga. Secara usia gw udah cukup matang untuk menikah. Dulu waktu SMA targetnya umur 25-30 gw udah sukses dan berumah tangga. Tapi sekarang gw masih ngerasa belum siap secara mental, bahkan untuk memulainya saja gw ragu. Gw masih belum berani untuk menanggung beban menjalankan peran sebagai seorang suami, ayah, atau kepala keluarga😔. Secara finansial sebenarnya gw cukup mapan dengan salary gw sekarang karena gw belum ada cicilan atau tanggungan rutin. Ditambah gw juga punya passive income sejak mulai investasi saham dan sukuk. Paling tanggungan gw sekedar bantu-bantu keluarga yang minjem duit aja. Secara pengeluaran gw bukan tipe orang yang hidupnya konsumtif. Tapi itu semua masih cukup karena gw single, beda cerita nanti kalau gw udah menikah, punya anak, berumah tangga, tentu biaya yang dibutuhkan akan lebih besar dari sekarang. Memang benar rezeki itu udah ada yang ngatur, tapi gw harus realistis juga. Gw belum berani mengambil resiko itu. Selain itu gw tipe orang yang ga gampang percaya sama orang baru, sulit buat gw menerima orang baru di kehidupan gw.

Salah satu impian gw sejak memutuskan bekerja di Jakarta adalah memiliki rumah di Jakarta. Namun harga properti di jabodetabek sangat tidak masuk akal buat gw. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkannya berdasarkan penghasilan yang gw miliki saat ini. Biaya hidup yang cukup tinggi di Jakarta gw rasa bisa jadi salah satu faktornya. Selain itu gw juga berusaha untuk tidak menggunakan kredit dan sejenisnya. Gw juga menghindari rumah yang berlokasi jauh dari perkotaan. Ini jadi salah satu pertimbangan gw untuk ga menikah dulu. Gw masih belum kepikiran biaya-biaya rumah tangga nantinya kalau udah menikah.

Tekanan kehidupan perlahan membuat gw terjepit. Gw udah masuk ke fase merasa kurang berkembang, termasuk di pekerjaan baik secara skill, sosial, maupun ekonomi, terutama sejak pandemi. Ditambah faktor gw sebagai sesesorang yang socially awkward. Sulit rasanya untuk memulai sesuatu yang baru. Perasaan merasa tertinggal dari orang lain dan membandingkan diri dengan orang lain mulai bermunculan di benak. Gw kadang bertanya-tanya ke diri sendiri, "apa ini yang benar-benar gw inginkan? apa ini benar-benar yang terbaik untuk gw saat ini? mau kemana arah jalan hidup gw?"😕. Walaupun di sisi lain gw juga merasa bersyukur dengan apa yang gw jalani sekarang karena tentunya masih banyak juga orang di luar sana yang nasibnya mungkin lebih buruk dari gw.

Kalau dipikir-pikir sebenarnya wajar-wajar aja bila kita belum mendapatkan segalanya di umur 25-30. Usia 25-30an itu masih tergolong usia muda untuk terus belajar dan sangat normal merasakan ini semua. Semuanya ga harus digapai dalam satu waktu sekaligus. Merasa cemas, ketidakpuasan, dan bingung terhadap masa depan adalah hal yang normal dirasakan bagi sebagian besar orang di usia 25-30an. Hal ini biasanya juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tekanan orang-orang di sekitar yang terlihat lebih sukses. Memiliki akademik yang cukup bagus di masa sekolah dulu gw rasa juga ikut berperan menjadi tekanan yang membuat kita berekspektasi cukup tinggi akan masa depan dan berpikir harusnya kita bisa lebih dari ini. Itu membuat kita ga siap ketika sesuatu terjadi di luar keinginan. Gw sendiri hanya bisa berusaha bersyukur aja dengan kondisi sekarang walaupun di kepala masih dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang belum terpikirkan jawabannya. Memang tidak semua pertanyaan memiliki jawaban, tapi ketidakjelasan ini membuat gw sedikit frustasi. Pada dasarnya kita memang ga bisa memenuhi semua keinginan, pasti ada beberapa yang harus dikorbankan. Sulit, tapi gw harus belajar menerima diri sendiri dan menganggap ini semua sebagai bagian dari perjalanan hidup. Gw hanya punya blog ini untuk menceritakan keresahan lewat tulisan yang ga penting ini🙃.